Cacahan kubis hasil fermentasi oleh bakteri lactobacilli ini rasanya
asin keasamaan. Dibandingkan rasa oseng-oseng kubis, rasa sauerkraut
menurut saya kalah jauh, tapi berhubung ini salah satu makanan
tradisional di keluarga suami saya, mau nggak mau saya ikut makan juga.
Kalau babi dipercaya membawa keberuntungan, kenapa kok harus dimakan
dengan sauerkraut? Kenapa nggak dimakan dengan brokoli atau buncis,
misalkan? Saya coba tanya ibu mertua dan suami, jawaban dari keduanya :
“I don’t know, it’s a tradition!” Waduh, jawaban macam apa itu? Jawaban
yang tidak menjawab pertanyaan….hehe. Setelah google sana-sini, saya
temukan kalau sauerkraut paling enak dimakan dengan segala macam daging,
termasuk daging bab. Selain itu mungkin karena jaman dulu, kubis adalah
hasil panen terakhir dan paling mudah diawetkan (dengan jalan
fermentasi itu). Jadilah sauerkraut dan daging babi menjadi pasangan
makanan yang secara mitos membawa keberuntungan di tahun baru.
Saya dan keluarga makan sauerkraut dan daging babi ini bukan karena
percaya membawa keberuntungan tetapi lebih karena tradisi atau karena
sudah terbiasa. Selain itu sauerkraut banyak manfaat kesehatannya,
antara lain karena mengandung serat dan anti-cancer agents seperti isothiocyanates. Jadi nggak ada ruginya makan sauerkraut di malam tahun baru.
Pertama kali mencicipi sauerkraut, saya nggak suka sama sekali, tapi
setelah mencoba memanasinya dengan membuang air hasil fermentasi dan
menggantinya dengan air tawar, saya jadi suka karena rasa asin dan
asamnya berkurang. Sauerkraut yang paling saya sukai adalah Bavarian
style, sauerkraut yang mengandung biji caraway, rasanya agak manis.
http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/01/02/sauerkraut-makanan-malam-tahun-baru-329647.html
0 komentar:
Posting Komentar